BPBD Lampung Selatan Gelar Simulasi Penanggulangan Banjir di Tiga Desa Kecamatan Candipuro
BPBD Lampung Selatan Gelar Simulasi Penanggulangan Banjir di Tiga Desa Kecamatan Candipuro
LAMPUNG SELATAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan menggelar Gladi Kesiapsiagaan Bencana Banjir yang meliputi tiga desa, yaitu Sinar Pasemah, Banyumas, dan Beringin Kencana di Kecamatan Candipuro, Kamis (18/12/2025). Kegiatan yang dipusatkan di Balai Desa Sinar Pasemah dan dimulai pukul 08.00 WIB ini melibatkan 43 personil serta dihadiri pejabat terkait untuk menguji dan memperkuat kapasitas tanggap darurat di wilayah rawan banjir. Simulasi ini dirancang guna mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi, terutama menjelang puncak musim penghujan.




Foto: Kegiatan Gladi Kesiapsiagaan Bencana Banjir BPBD Lampung Selatan di Kecamatan Candipuro.
Pimpinan BPBD Lampung Selatan hadir langsung memimpin gladi, yakni Erwan Fatriansyah, S.E., M.M. (Kabid Pencegahan & Kesiapsiagaan), Nurma Suri, S.E. (Plt. Kabid Kedaruratan & Logistik), dan Wahyudi Pramono, S.T., M.T. (Kabid Rehabilitasi & Rekonstruksi). Mereka didukung penuh oleh puluhan personil terlatih, termasuk empat peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL). Pelibatan peserta PKL ini sekaligus menjadi bagian dari upaya regenerasi dan transfer pengetahuan kepada calon petugas lapangan di masa depan.
Simulasi ini mendapatkan dukungan penuh dari unsur pemerintah dan keamanan setempat. Tampak hadir Camat Candipuro Sumiyati, S.E., perwakilan Kepala Desa Candipuro Ibu Laras, serta Kapolsek Candipuro IPTU Ali Humaeni, S.H., M.M., yang turut mengamati jalannya latihan. Kehadiran mereka menandakan terintegrasinya komando di tingkat tapak, yang akan sangat menentukan kecepatan dan ketepatan respons ketika bencana sesungguhnya terjadi.
“Kehadiran para pejabat ini menunjukkan komitmen bersama dalam membangun kesiapsiagaan. Koordinasi antarlembaga adalah kunci efektivitas penanganan darurat. Tidak cukup hanya dengan peralatan lengkap, tetapi sinergi dalam pelaksanaannya di lapangan,” ujar Erwan Fatriansyah kepada tim humas, menekankan aspek kolaborasi.
Prosesi gladi diawali dengan pengumpulan dan pemberangkatan personil. Sebelum berangkat ke lokasi, seluruh personil telah berkumpul dan mendapat briefing di Mako BPBD pukul 07.00 WIB dan diberangkatkan 15 menit kemudian menggunakan seragam dinas lapangan (PDL). Armada yang digunakan terdiri dari Truck Serbaguna, Ambulans, dan mobil Strada untuk mendukung mobilitas, logistik, dan evakuasi korban. Kedisiplinan waktu dan protokol keberangkatan ini sendiri menjadi bagian dari latihan kedisiplinan operasional.
Di lokasi, sejumlah perlengkapan standar operasi penanggulangan banjir disiagakan dan diuji fungsionalitasnya secara menyeluruh. Peralatan tersebut meliputi perahu karet beserta mesin dan enam buah dayung, 15 helm dan life jacket (jaket keselamatan), serta alat evakuasi seperti lima tandu, tali, dua ring buoy, dan alat bidai. Pengujian peralatan seperti mesin perahu dan komunikasi lapangan dilakukan untuk memastikan semuanya dalam kondisi siap pakai.
Untuk penanganan korban dan posko darurat, tim menyiapkan sepuluh velbed (tandu darurat) dan satu tenda yang segera didirikan sebagai pusat komando sementara dan tempat pertolongan pertama. Rambu-rambu penunjuk jalur evakuasi serta titik kumpul juga dipasang secara strategis untuk mensimulasikan kondisi sesungguhnya saat bencana terjadi, termasuk mengarahkan warga ke lokasi yang lebih aman.
Kegiatan gladi ini merupakan bagian dari program rutin dan berjenjang BPBD Lampung Selatan untuk memastikan kesiapan optimal baik dari sisi sumber daya manusia, peralatan, maupun prosedur tetap. Dengan berlatih di lokasi potensial yang secara geografis rentan, diharapkan respon tim dapat lebih cepat, terkoordinasi, dan sesuai dengan medan apabila terjadi banjir nyata.
“Latihan ini bukan sekadar formalitas, tetapi upaya nyata meningkatkan muscle memory dan refleks kolektif tim di lapangan. Setiap detik dalam situasi darurat sangat berharga, dan kesalahan kecil dapat diminimalisir dengan pembiasaan melalui repetisi seperti ini,” tegas Nurma Suri saat memantau simulasi evakuasi korban.
Simulasi juga mencakup skenario komunikasi dalam kondisi darurat, pengaturan logistik air bersih dan makanan darurat, serta koordinasi dengan relawan yang mungkin datang. Hal ini untuk mengantisipasi kompleksitas situasi yang sering muncul di lapangan melampaui sekadar evakuasi fisik.
Melalui kegiatan terpadu dan skenario komprehensif ini, BPBD Lampung Selatan berharap dapat terus meningkatkan ketangguhan daerah dan pemahaman masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi, khususnya banjir, yang kerap melanda pada musim penghujan. Diharapkan, upaya preventif dan kesiapsiagaan ini dapat mengurangi dampak sosial, ekonomi, dan korban jiwa, sekaligus membangun budaya sadar bencana di tengah masyarakat.
Sumber: Humas BPBD Lampung Selatan